Pages

Tuesday, July 3, 2012

Stres Punya Suami yang Mudah Marah

Saya mempunyai suami yang seringkali mudah marah dan anehnya hanya pada masalah sepele seperti di jalan jika macet sudah melanda. Tidak jarang dia selalu berkata kotor dan membentak orang jika ada masalah di kantornya, sering sekali saya jadi bahan pelampiasan marah.

Jika masuk gang kecil di rumah dia juga marah-marah sampai-sampai saya sudah tidak kuat dengan sifat dia. Padahal dia sudah saya beri penjelasan bahwa semuanya harus dengan kesabaran. Tidak itu saja setiap saya beri buku tentang artinya sabar dia selalu bilang iya-iya aku tahu. Begitu saja padahal kedua orangtuanya sangat peduli dengan agama atau taat dengan agama tapi yang saya heran kekeluargaannya tidak ada sopannya sama ayahnya tapi kalau sama ibunya baik sekali.

Yang saya tanyakan:
1. Apa penyebab dari orang yang sering marah-marah?
2. Apa bisa dikatakan terkena darah tinggi?
3. Dengan apa agar saya bisa menyadarkan dia?

Neiny (Perempuan Menikah, 28 Tahun), vandXXXXXXX@yahoo.com
Tinggi Badan 155 Cm dan Berat Badan 41 Kg

Jawaban

Dear mbak Nelny,

Punya suami yang sensi memang sulit. Tapi ternyata suaminya bisa sabar juga ya kalau sama ibunya. Artinya sebenarnya suami mbak bisa saja mengontrol sifat marahnya.

Mengapa seseorang sering marah-marah untuk hal-hal yang mungkin sepele?

Sering karena ia tidak puas dengan keadaannya, misalnya dengan pekerjaannya, dengan lingkungan tempat tinggalnya, dengan hubungan perkawinannya, atau dengan dirinya sendiri.

Sebaiknya mbak juga baca buku bagaimana berhadapan dengan orang yang sering marah, dengan begitu mbak jadi bisa mengetahui cara bersikap.

Pada saat yang tepat, mbak bisa mengajak suaminya untuk berbincang-bincang dengan psikiater, bilang saja mbak yang perlu berkonsultasi, perlu curhat dengan seseorang.

Bagaimana pun marah-marah itu tidak baik untuk kesehatan, tekanan darah bisa meningkat, risiko untuk terkena sakit jantung lebih besar.

Kita tidak bisa mengubah orang lain, jadi yang bisa mbak lakukan hanyalah mengubah diri sendiri. Jika suaminya tidak merasa terganggu dengan sifat marah-marahnya, jadi mbak yang berkonsultasi dengan psikiater terlebih dahulu ya.

Dr. Elly Ingkiriwang, SpKJ

No comments: