Pages

Wednesday, August 21, 2013

Pembengkakan di Leher karena Tiroid, Adakah Pengobatan Selain Dibedah?

Dok, saya mau tanya. Sudah sekitar 1 tahun di leher saya ada pembengkakan dan setelah saya periksa ke dokter, ternyata tiroid tetapi dengan hasil hormon tiroidnya normal. Apa penyebab dari penyakit saya ini? Dan adakah pengobatan selain dibedah? Thanks infonya Dok.

Oeland (Perempuan menikah, 24 tahun)
wulandari_tri87@yahoo.co.id
Tinggi badan 157 cm, berat badan 65 kg

Jawaban

Dear Mbak Oeland di Bekasi yang dirahmati Allah SWT. Terimakasih atas kepercayaannya kepada kami.

Langsung saja kami kemukakan beberapa fakta unik dan menarik seputar penyakit atau gangguan tiroid:
1. Perkembangan penyakit tiroid seringkali perlahan namun "berbahaya" bahkan dapat "fatal" (insidious), 2. Seringkali tanda dan gejala dari penyakit tiroid tidak dipahami oleh penderita. Uniknya, dokter yang memeriksa penderita pun terkadang kurang mewaspadai penyakit tiroid, sehingga seringkali terjadi misdiagnosis dengan penyakit/kondisi lainnya, seperti: hiperlipidemia, ketidakteraturan siklus menstruasi, menopause, depresi, dsb, 3. Penyakit tiroid sering dijumpai pada wanita, 4. Penyakit grave (Graves' disease) adalah penyebab tersering dari keadaan hipertiroidisme di Amerika Serikat (USA), 5. Tanda dan gejala umum hipertiroidisme: (sering) merasa lelah atau capek, kecemasan (nervousness), denyut jantung tak normal (bisa menjadi terlalu cepat atau lambat; istilah medisnya adalah palpitation), berat badan menurun, sensitif atau tidak kuat terhadap panas (heat intolerance), 6. Tiroiditis Hashimoto adalah penyebab tersering dari hipotiroidisme di Amerika Serikat, 7. Tanda dan gejala umum hipotiroidisme: mudah lelah atau mengantuk (lethargy), sensitif atau tidak kuat terhadap dingin (cold intolerance), berat badan bertambah, konstipasi (tinja keras dan kering), kulit menjadi kering dan kasar, rambut rontok, suara serak atau parau (hoarse voice), denyut jantung menjadi perlahan (kurang dari 60 kali per menit; istilah medisnya adalah bradycardia), dan retardasi psikomotor.

Penyebab
Penyebab penyakit tiroid adalah multifaktor.
A. Pada kondisi hipertiroidisme primer, penyebabnya adalah:
1. Penyakit graves, 2. Toxic multinodular goiter (toxic adenoma, Plummer’s disease), 3. Toxic solitary goiter, 4. Hashimoto’s thyroiditis, 5. Subacute thyroiditis (de Quervain’s), 6. Postpartum thyroiditis (terjadi melalui mekanisme peradangan atau inflamasi yang memicu kebocoran dari hormon yang disimpan), 7. Diinduksi atau dipicu oleh obat, seperti: amiodarone, Lithium, 8. Kondisi artifisial atau seolah-olah sakit (factitious), hal ini terjadi melalui mekanisme pencernaan hormon tiroid eksogen (exogenous thyroid hormone ingestion).

B. Pada kondisi hipertiroidisme sekunder, penyebabnya adalah:
1. Tumor pituitari, 2. Kehamilan mola (molar pregnancy), 3. Kanker di rahim (uterus) yang disebut choriocarcinoma, 4. Muntah-muntah berlebihan saat hamil (hyperemesis gravidarum)

C. Pada kondisi hipotiroidisme primer, penyebabnya adalah:
1. Kretinisme dan endemic goiter, mekanismenya: kekurangan yodium (iodine deficiency), 2. Tiroiditis Hashimoto, mekanismenya: infiltrasi limfositik, 3. Terapi paska-radiasi, 4. Operasi (pembedahan) leher, seperti: thyroidectomy, 5. Obat-obat antitiroid, 6. Kelebihan iodine (lebih dari 6 mg/hari), 7. Terapi iodine radioktif untuk mengatasi hipertiroidisme, 8. Operasi yaitu subtotal thyroidectomy (operasi pada kasus penyakit Graves), 9. Gangguan (defects) enzim-enzim yang diperlukan untuk sintesis hormon tiroid (congenital goiter).

D. Pada kondisi hipotiroidisme sekunder, penyebabnya adalah:
1. Disfungsi (gangguan fungsi) pituitari, mekanismenya: infarction kematian jaringan umumnya karena kekurangan suplai oksigen), tumor, infiltrasi (sarkoidosis), atau keganasan (neoplasm), 2. Penyakit berat (severe ilness), 3. Gangguan fungsi hipotalamus karena keganasan (neoplasm), 4. Granuloma eosinofilik, 5. Iradiasi terapeutik, 6. Iradiasi atau pembedahan (operasi) pituitari, 7. Sindrom Sheehan (postpartum pituitary necrosis), 8. Infus dopamin, 9. Pajanan panas atau heatstroke, 10. Hipopituitarisme idiopatik.

Selain beragam penyebab di atas, dokter dan penderita juga perlu mewaspadai beberapa obat berikut yang mempengaruhi tiroid:
1. Dopamine, L-dopa, 2. Glucocorticoid (kelebihan), 3. Iodide (yodium), 4. Lithium carbonate, 5. Sulfonylureas (sulfonilurea), 6. Phenylbutazone (fenilbutazon), 7. Phenytoin (fenitoin), 8. Salicylates, 9. Fenclofenac, 10. Furosemide, 11. Propylthiouracil, 12. Propranolol, 13. Amiodarone, 14. Iopanoic acid, 15. Iopodate.

Apa sih bahayanya penyakit tiroid itu?
Masyarakat dan orang awam seringkali menyepelekan penyakit tiroid karena ketidaktahuannya. Padahal, penyakit (atau gangguan hormon) tiroid dapat mempengaruhi berbagai organ tubuh lain, seperti:
1. Otak
Penyakit tiroid berkaitan erat dengan kejadian depresi, menurunnya konsentrasi, penurunan minat terhadap segala hal, terganggunya perkembangan intelektual pada janin/bayi.
2. Jantung
Penyakit tiroid berhubungan dengan penurunan denyut jantung, peningkatan tekanan darah, penurunan cardiac output, gangguan fungsi diastolik (periode waktu dimana jantung dialiri daraf setelah berkontraksi atau periode sistolik)
3. Hati
Penyakit tiroid juga berkaitan erat dengan peningkatan kolesterol LDL dan peningkatan trigliserid.
4. Ginjal
Penyakit tiroid berkorelasi pula dengan penurunan fungsi ginjal, retensi cairan, dan kejadian edema (pembengkakan).
5. Usus
Penyakit tiroid juga memiliki relevansi dengan kejadian konstipasi dan penurunan motilitas (pergerakan) gastrointestinal (lambung, usus, dan organ pencernaan).
6. Sistem reproduksi
Penyakit tiroid terkait erat dengan penurunan fertilitas (kesuburan) dan gangguan haid/menstruasi.

Evaluasi laboratorium penyakit tiroid
Penderita penyakit tiroid seringkali memerlukan pemeriksaan TSH (thyroid-stimulating hormone) dan FT4 (free thyroxine). Berikut ini beberapa interpretasinya:
1. Hipotiroidisme sekunder (gangguan pituitari) atau euthyroid sick syndrome: kadar FT4 menurun dan kadar TSH bisa normal atau menurun, 2. Hipotiroidisme primer: kadar TSH naik, kadar FT4 turun, 3. Hipertiroidisme subklinis: kadar TSH rendah/turun, kadar FT4 normal, 4. Kondisi normal, tidak perlu tes lanjutan, atau pertimbangkan tes ulang: kadar TSH normal, kadar FT4 normal, 5. Hipotiroidisme subklinis: kadar TSH tinggi/naik, kadar FT4 normal, 6. Tirotoksikosis (kondisi dimana terjadi peningkatan/kelebihan hormon tiroid yang bersirkulasi di dalam tubuh, misalnya: pada keadaan tiroiditis): kadar TSH rendah/turun, kadar FT4 tinggi/naik, 7. Medikasi (konsumsi obat, seperti: amiodarone, levothyroxine): kadar TSH normal, kadar FT4 tinggi/naik, 8. Hipertiroidisme sekunder (TSH-secreting pituitary tumor): kadar TSH tinggi/naik, kadar FT4 tinggi/naik.

Pemeriksaan Penunjang Lainnya
Selain pemeriksaan TSH dan FT4, bila diperlukan, maka dokter dapat mempertimbangkan pemeriksaan berikut ini untuk menegakkan diagnosis:
1. Electroencephalography, 2. Electromyography, 3. Nerve conduction velocities (NCV), 4. Evoked potential studies, 5. Pemeriksaan pencitraan (imaging studies), berupa: MRI, CT scan, scan tiroid (yang melibatkan radioactive iodine 123 atau iodine 131), atau thyroid ultrasound, 6. Radioactive iodine (RAI) uptake: dapat membedakan penyebab pasti hipertiroidisme. Bila uptake rendah, maka disebabkan oleh subacute thyroiditis. Bila uptake tinggi, maka disebabkan oleh penyakit Graves, 7. Kadar creatine kinase (CK) umumnya meningkat pada penderita penyakit tiroid, 8. Kadar protein cerebrospinal fluid (CSF) umumnya meningkat pada penderita penyakit tiroid, 9. Thyroglobulin antibodies (TGAbs) dijumpai pada serum dari 60% penderita penyakit Hashimoto, 10. Antibodies against thyroid TSH receptor (TRAbs) dijumpai pada serum dari penderita penyakit Graves, 11. Serum thyroglobulin paling bermanfaat untuk melakukan follow-up pada kasus penyebaran kanker tiroid (metastatic thyroid carcinoma) setelah thyroidectomy.

Solusi
Tujuan terapi penyakit tiroid adalah untuk mencapai kondisi dimana kadar hormon tiroid normal (euthyroid state). Pada kondisi hipertiroidisme, dapat dilakukan operasi atau medikasi (terapi obat) dan radioactive iodine. Pada kondisi hipotiroidisme, dapat dilakukan penggantian hormon tiroid.

Beberapa golongan obat yang dipakai dokter di dalam terapi penyakit tiroid, misalnya:
1. Golongan thiourea
Mekanisme kerja: menekan (suppressing) fungsi tiroid.
Nama obat: propylthiouracil (PTU), methimazole.
2. Golongan penghambat beta-adrenergik (Beta-adrenergic blocking agents)
Mekanisme kerja: mengatasi hipertiroidisme simtomatis.
Nama obat: propranolol.
3. Hormon tiroid
Digunakan pada penggantian hormon tiroid.
Nama obat: Levothyroxine.
4. Elektrolit
Untuk menggantikan elektrolit yang habis.
Nama obat: potassium chloride.
5. Golongan kortikosteroid
Bertindak sebagai terapi immunosuppressive pada kasus Graves ophthalmopathy, terutama pada kondisi penonjolan bola mata yang "gawat" (severe exophthalmos).
Nama obat: prednisone.
6. Golongan antidepresan trisiklik
Digunakan untuk mengurangi atau meredakan nyeri saraf (painful polyneuropathy).
Nama obat: amitriptyline.
7. Golongan antiepilepsi
Digunakan untuk mengatasi nyeri persarafan (neuropathic pain).
Nama obat: gabapentin.

Tentunya untuk pemilihan obat yang tepat dan rasional, dipersilakan berkonsultasi ke dokter terdekat.

Demikian penjelasan kami, semoga bermanfaat dan mencerahkan.

Salam sehat dan sukses selalu!

Dito Anurogo

No comments: