Pages

Thursday, February 14, 2019

Sulit Konsentrasi dan Cepat Emosi, Apakah Indikasi Gangguan Mental?

Halo Dok. Saya seorang mahasiswa tingkat akhir di sebuah PT di Depok, usia 21 tahun menjelang 22 tahun. Sebelumnya terimakasih atas kesediannya menjawab pertanyaan saya. Saya saat ini sedang berusaha mengenali problem yang terjadi ke pada diri saya.

Semenjak kecil hingga saat ini, saya sangat sulit untuk konsentrasi dan menangkap pesan lawan bicara saya. Baik ketika sesi kelas belajar atau berinteraksi dengan orang lain. Semisal, ketika seseorang sedang menjelaskan tentang komposisi sebuah makanan, saja justru mengkhayalkan hal lain semisal saya bisa berwisata ke suatu tempat atau memikirkan masalah-masalah saya yang lain.

Begitu pula ketika ditanya tempat alamat tinggal saya, saya justru merespon dengan jawaban lain semisal alamat kampus saya. Hal ini amat sering terjadi. Karena hal inilah saya sering diejek dan sejujurnya saya merasa tidak nyaman.

Saya juga sering menganggap diri saya rendah, tidak bisa, takut menghadapi persoalan dan seringkali lari dari persoalan. Saya takut diabaikan, dan seringkali tidak tahan dengan kritik dan masukan dari orang lain, karena itu saya seringkali menyakiti diri saya sendiri ketika dikritik, tidak memenuhi ekspektasi saya atau orang lain atau gagal melaksanakan suatu pekerjaan.

Hal yang sering terjadi berikutnya, saya terkadang bisa memberikan perhatian, terlihat sabar dan baik, suka membantu, dan sifat positif lainnya. Hal ini disampaikan beberapa kali oleh teman saya. Tetapi begitu terkena kritik atau masukan dari teman atau orang tua, saya melampiaskannya ketika di rumah dengan orang tua atau adik saya. Saya langsung bersifat agresif di rumah dan sering marah. Meski saya menyadari maksud dari kritik tersebut baik setelah saya bersifat agresif tadi.

Saya juga sering mengemudi secara ceroboh, boros, mengerjakan hal yang tidak prioritas, dan sering mengalami perubahan suasana hati yang tak menentu selama berbulan bulan. Beberapa kali saya menganggap "kayaknya kalau tidak ada saya di dunia ini, bakal aman aman saja deh" dan beberapa kali terpikir bunuh diri.

Dari rangkaian kejadian di atas, yang ingin saya tanyakan, apakah saya mengalami gangguan kesehatan mental? kalau iya, termasuk di gangguan kesehatan mental bagian aman? Apakah saya disarankan untuk menemui psikolog/psikiater? apakah akan ada obat terkait persoalan saya? Terimakasih banyak atas jawabannya.

M (Laki-laki, 22 tahun)

Jawaban

Hallo Bro M,

Kemarin baru saja saya berbincang dengan teman wartawan Detik tentang masalah kejiwaan yang sering menghinggapi para generasi milenial, dan apa yang dikatakan oleh M adalah salah satu contohnya yang paling sering saya tangani di praktek sehari-hari. Konsentrasimu yang dikatakan terganggu dan sering salah menjawab pertanyaan mungkin disebabkan karena masalah dalam perhatian (karena dirimu mengatakan hal tersebut sejak kecil dirasakan) tapi bisa juga terkait dengan masalah depresi yang biasanya berakibat konsentrasi yang menurun. Namun yang menjadi inti masalah yang kamu sebutkan adalah latar belakang kepribadian ambang atau Borderline personality disorder yang mungkin kamu alami dan menyebabkan gejala-gejala seperti yang disebutkan di suratmu ini.

Fluktuasi dalam emosi dan perasaan adalah salah satu gejala orang dengan kepribadian ambang. Beberapa sangat sulit menerima penolakan dari orang lain dan ada kecenderungan rendah diri karena merasa tidak diterima orang lain. Tapi sebenarnya dalam keseharian orang ini juga bisa bergaul seperti biasanya namun sering kali menjaga jarak agar tidak terlalu dekat. Khawatirnya diri orang yang mengalami masalah kepribadian ambang adalah dirinya bisa ditolak di kemudian hari oleh kelompoknya tersebut. Beberapa di antaranya cenderunga akan lari dari kelompoknya lebih dulu daripada berharap bisa terus bersama-sama namun akhirnya ditinggalkan.

Kondisi ini lah yang sering memicu gejala depresi pada sebagian kasus pasien dengan gangguan kepribadian ambang, beberapa lagi juga ada yang mengalami gangguan bipolar. Saran saya berkonsultasilah ke psikiater agar mendapatkan pertolongan. Semoga bisa membantu.

Salam sehat jiwa.

dr Andri, SpKJ, FAPM

No comments: