Pages

Friday, June 29, 2012

Botak Itu Turunan atau Bukan?

Dok, kebotakan itu apakah keturunan genetika? Dan apakah bisa diobati? Mohon petunjuk. Terimakasih.

Pandoyo Sunu (Pria Menikah, 43 Tahun), al_sunu@yahoo.com
Tinggi Badan 170 Cm dan Berat Badan 78 Kg


Jawaban

Terdapat beberapa jenis kebotakan yang dapat menyerang kaum pria maupun wanita. Jenis kebotakan yang paling sering adalah yang disebut dengan androgenic alopecia atau male pattern hair loss. Sementara yang sering menyerang kaum wanita disebut dengan female pattern hair loss.

Sudah sejak lama para peneliti bersepakat bahwa faktor genetik memainkan peranan pada terjadinya kebotakan. Pada awal abad ke-20, seorang peneliti bernama Dorothy Osborne mengusulkan bahwa kebotakan diturunkan secara autosomal dominant (lihat 'Bagaimana Mengecek Sindrom Apert?'), pada pria dan secara autosomal recessive (lihat 'Apakah Anak Bisa Normal Jika Menikahi Keluarga Albino?') pada wanita.

Namun ternyata sekarang para peneliti menemukan bahwa pola pewarisannya tidaklah sesederhana itu. Kebotakan ternyata ditentukan oleh interaksi banyak gen atau yang disebut dengan polygenic.

Dengan demikian, kebotakan merupakan salah satu complex trait yang kejadiannya melibatkan banyak gen. Dengan demikian pola pewarisannya melibatkan interaksi yang rumit diantara gen-gen yang terlibat. Saya pernah menerangkan pola pewarisan polygenic ini untuk menjawab pertanyaan lain mengenai warna kulit (lihat 'Menebak Warna Kulit Anak').

Saat ini sudah ada beberapa gen yang teridentifikasi memberikan kontribusi pada kebotakan. Namun tidak satupun dari gen-gen itu yang memberikan pengaruh absolut.

Artinya, jika seseorang memiliki mutasi pada gen tersebut, ia hanya akan disebut memiliki faktor risiko mengalami kebotakan dan tidak dapat dikatakan pasti mengalami kebotakan.

Contoh dari gen-gen ini adalah gen-gen AR (androgen receptor), EDA2R yang berlokasi di kromosom X serta ERb (estrogen receptor beta) yang berlokasi di kromosom 14 yang diteliti memiliki pengaruh pada wanita.

dr. Teguh Haryo Sasongko, PhD

No comments: