Pages

Tuesday, August 27, 2013

Sering Sakit Kepala dan Hidung Terasa Pedas Saat Sujud, Mengapa?

Saya sering sekali mengalami sakit kepala, sakit sangat terasa di bagian belakang kepala, dan tengkuk terasa berat. Selain itu ketika saya sujud atau kondisi tiduran hidung saya sering terasa pedas, seperti terhirup sabun. Mohon penjelasannya Dok. Terimakasih.

Yulia Pamudji Rahayu (Wanita lajang, 31 tahun)
rahayu.XXXXX@yahoo.com
Tinggi badan 156 cm, berat badan 46 kg

Jawaban

Dear saudari Yulia Pamudji Rahayu yang dirahmati Allah, terimakasih atas kepercayaannya kepada kami.

Dari petunjuk kunci 'sakit kepala, sakit sangat terasa di bagian belakang kepala, dan tengkuk terasa berat', maka ada kemungkinan besar mengarah ke sakit atau nyeri kepala tegang otot, yang di dalam dunia kedokteran disebut sebagai tension-type headache.

Tension-type headache (TTH) pada subtipe episodiknya mempengaruhi sekitar 80% penduduk dari waktu ke waktu. Banyak orang awam atau masyarakat yang menganggap TTH sebagai sakit kepala biasa atau normal. Sehingga banyak yang mengobati TTH dengan obat-obat penghilang nyeri atau sakit kepala yang dijual bebas, tanpa petunjuk dokter. Tindakan ini tentunya amat berbahaya, mengingat obat yang dijual bebas belum tentu efektif dan yang pasti ada efek sampingnya.

TTH bila dibiarkan berlanjut akan 'melumpuhkan' atau membuat penderitanya terganggu, merasa tidak nyaman, hingga tak dapat beraktivitas selama beberapa jam. Hal ini tentunya amat berpengaruh pada kinerja dan produktivitasnya.

Epidemiologi
Pada sebagian kecil penduduk, sering dijumpai TTH episodik, sedangkan 3% orang dewasa mengalami TTH subtipe kronis (menahun) yang berlangsung selama lebih dari 15 hari setiap bulannya. Prevalensi TTH bervariasi dari 29% hingga 71% dari penderita yang diperiksa. Perbedaan angka ini muncul karena perbedaan desain studi riset.

Klasifikasi
Menurut International Headache Society Classification Subcommittee (IHSCS) yang merumuskan The International Classification of Headache Disorders, Edisi Kedua, maka TTH termasuk kelompok sakit kepala primer (primary headaches). Menurut IHSCS, tension-type headache (TTH) dibagi lagi menjadi: 1. Infrequent episodic tension-type headache, 2. Frequent episodic tension-type headache, 3. Chronic tension-type headache.

Tinjauan Neurosains

Riwayat perjalanan (pathogenesis) TTH dipengaruhi oleh berbagai faktor (multifactorial) dan bervariasi diantara penderita. Mekanisme perifer (berupa myofascial nociception) dan mekanisme sentral (berupa sensitisation-inadequate endogenous pain control) bercampur atau saling berinteraksi. Maksudnya, yang lebih dahulu disebutkan mendominasi TTH tipe infrequent dan frequent, sedangkan yang disebutkan kemudian mempengaruhi TTH tipe kronis.

Beberapa studi persepsi tentang nyeri, seperti: pengukuran atau penilaian ketegangan otot (muscle tenderness), deteksi ambang nyeri (pain detection thresholds), ambang toleransi nyeri (pain tolerance thresholds), tanggapan nyeri terhadap rangsang di atas ambang batas (pain response to suprathreshold stimulation), temporal summation, dan diffuse noxious inhibitory control (DNIC) berperan penting di dalam menjelaskan proses terjadinya (pathophysiology) TTH. Riset terbaru berhasil membuktikan bahwa “continuous nociceptive input” dari struktur miofasial perifer dapat merangsang (meng-induce) central sensitization dan oleh karenanya membuat sakit kepala menjadi menahun (chronification of the headache). Pengukuran ambang batas nyeri (pain tolerance thresholds) dan suprathreshold stimulation berhasil menunjukkan kerberadaan generalized hyperalgesia pada penderita dengan chronic tension-type headache (CTTH), sedangkan fungsi DNIC terbukti berkurang pada CTTH.

Beberapa riset terkini juga berhasil membuktikan bahwa nitric oxide sebagai perantara (local mediator) dari sakit kepala tegang otot (tension type headache). Menghambat produksi nitric oxide dengan agen investigatif (L-NMMA) efektif mengurangi ketegangan otot dan nyeri yang berkaitan dengan tension type headache.

Kemajuan dan perkembangan di dalam dasar-dasar nyeri dan riset klinis telah meningkatkan pemahaman kita tentang mekanisme patofisiologi tension-type headache (TTH). Meningkatnya excitability sistem saraf pusat yang dibangkitkan atau dihasilkan oleh “repetitive and sustained pericranial myofascial input” bertanggung jawab atas perubahan (transformation) dari TTH tipe episodik menjadi bentuk kronis.

Beragam studi dan riset tentang mekanisme nitric oxide (NO) menyimpulkan bahwa NO berperan penting di dalam patofisiologi tension-type headache, sehingga jelaslah bila efek antinociceptive dari nitric oxide synthase inhibitors dapat menjadi prinsip terbaru di dalam manajemen sakit kepala kronis (menahun) di masa mendatang.

Kewaspadaan Dini
Di dalam memeriksa penderita sakit kepala, maka dokter akan lebih berhati-hati, terutama bila menjumpai kondisi atau keadaan berikut ini:

1. Sakit kepala yang baru muncul atau tidak diharapkan penderita, 2. sakit kepala seolah 'disambar halilintar' atau thunderclap headache, yang ditandai dengan onset mendadak, tiba-tiba, atau 'meledak' (explosive), 3. sakit kepala dengan aura tidak khas (atypical aura), berlangsung selama lebih dari satu jam, terkadang disertai dengan kelemahan motorik, 4. aura yang terjadi atau muncul untuk pertama kalinya pada penderita selama menggunakan kombinasi obat kontrasepsi oral, 5. sakit kepala yang baru muncul pada penderita berusia lebih dari 50 tahun, 6. sakit kepala yang baru muncul pada penderita berusia kurang dari 10 tahun, 7. sakit kepala yang menetap di pagi hari disertai dengan mual, 8. sakit kepala progresif yang terus memburuk selama berminggu-minggu atau lebih lama lagi, 9. sakit kepala yang berkaitan erat dengan perubahan posisi, 10. sakit kepala yang baru timbul pada penderita dengan riwayat kanker, 11. sakit kepala yang baru timbul pada penderita dengan riwayat HIV.

Solusi
Terapi untuk penderita TTH meliputi penatalaksanaan nonfarmakologis dan farmakologis. Electromyographic (EMG) biofeedback, terapi perilaku positif (cognitive-behavioral therapy, CBT), relaksasi (relaxation training) efektif mengatasi TTH. Terapi fisik (physical therapy) dan acupuncture bermanfaat mengatasi TTH tipe frequent.

Obat-obatan golongan analgesik dan anti-inflamasi nonsteroid (nonsteroidal anti-inflammatory drugs, NSAIDs) direkomendasikan untuk terapi TTH episodik. Kombinasi analgesik yang mengandung kafein adalah lini kedua terapi TTH.

Obat-obatan golongan antidepresan trisiklik (misalnya: amitriptyline) adalah pilihan pertama untuk terapi pencegahan (prophylactic treatment) penderita TTH kronis (menahun). Adapun mirtazapine dan venlafaxine adalah pilihan kedua.

Obat-obatan golongan triptan, relaksan otot (muscle relaxants), dan opioid sebaiknya tidak digunakan.

Penting pula ditekankan disini adalah hindari konsumsi analgesik yang berlebihan atau terlalu sering untuk mencegah berkembangnya sakit kepala yang diakibatkan oleh penggunaan obat yang berlebihan (medication-overuse headache).

Pencegahan
Beberapa kiat berikut ini dapat mencegah sakit kepala tegang otot (TTH):

1. Memahami pemicu sakit kepala, 2. menghindari situasi yang menyebabkan sakit kepala, 3. memiliki buku harian sakit kepala (headache diary), 4. mengingat-ingat makanan-minuman apa saja yang telah dikonsumsi selama 24 jam terakhir, 5. mencatat berapa lama Anda tidur, 6. mencatat berapa lama sakit kepala berlangsung dan hal-hal apa saja yeng dapat meringankan atau memperberat sakit kepala Anda, 7. mengingat dan mencatat hal-hal apa saja yang telah Anda lakukan sebelum munculnya sakit kepala, 8. mengingat dan mencatat momentum atau kapan saja Anda sakit kepala, 9. memperbaiki gaya hidup Anda menjadi lebih teratur, seimbang, dan harmonis. Gaya hidup ini meliputi: pola dan kebiasaan makan-minum, olahraga, istirahat, tidur, pekerjaan, 10. menggunakan bantal yang berbeda setiap kali tidur, 11. mengubah posisi tidur, 12. menggunakan posisi ergonomis saat membaca, bekerja, atau melakukan berbagai aktivitas lainnya, 13. meluangkan waktu sejenak (sekitar 15 menit) untuk meregangkan otot (punggung, leher, bahu, dsb) di antara waktu bekerja. Misalnya: mengetik, bekerja di depan komputer, menulis, melukis, dsb, 14. melakukan relaksasi, meditasi, senam pernafasan, dan manajemen stres lainnya, 15. meningkatkan spiritualitas (beribadah kepada Allah dalam arti luas) dan hubungan baik-harmonis dengan sesama dan lingkungan, 16. melakukan apa yang telah dinasihatkan oleh dokter, 17. mengevaluasi kesehatan tubuh Anda secara rutin dan teratur, misalnya dengan melakukan pemeriksaan kesehatan ke dokter (general medical check-up), 18. memeriksakan mata Anda secara rutin dan teratur, 19. memanjakan diri dengan melakukan hal-hal yang Anda sukai, misalnya: berenang, berwisata ke alam, rekreasi, berlibur ke luar negeri, dsb.

Kapan harus ke dokter?
Amatlah direkomendasikan untuk secepatnya ke dokter pada saat:
1. Anda mengalami sakit kepala 'terburuk' atau 'terhebat' yang muncul di dalam kehidupan, 2. Anda memiliki problematika/gangguan penglihatan, pengucapan (gangguan bicara), pergerakan (gangguan gerak), atau kehilangan keseimbangan, terutama jika sakit kepala Anda sebelumnya belum pernah disertai gejala ini, 3. Anda merasakan sakit kepala yang muncul secara mendadak atau tiba-tiba, 4. Anda merasakan pola sakit kepala atau nyerinya berubah, 5. Anda merasakan terapi atau obat yang biasanya efektif atau mujarab, tidak lagi manjur atau menyembuhkan, 6. Anda mengalami efek samping dari terapi atau obat yang diberikan dokter, 7. Anda mengalami sakit kepala atau pusing yang semakin memburuk atau memberat saat berbaring atau tidur, 8. Anda hamil atau mengalami tanda-gejala kehamilan, karena beberapa obat tidak boleh diminum saat hamil.

Adapun keluhan Anda, yaitu 'ketika saya sujud atau kondisi tiduran hidung saya sering terasa pedas, seperti terhirup sabun' mungkin saja ada 'sesuatu' di hidung Anda. Bisa saja lendir, bisa saja polip, bisa benda asing, atau mungkin Anda menderita sinusitis. Perlu pemeriksaan pencitraan untuk memastikan diagnosisnya. Oleh karena itu, dipersilakan untuk segera berkonsultasi ke dokter spesialis THT terdekat di kota Anda.

Demikian penjelasan kami, semoga bermanfaat.

Salam sehat dan sukses selalu!

Dito Anurogo

No comments: