Pages

Sunday, August 11, 2013

Solusi untuk Sariawan Berkepanjangan

Dok, saya sering kali sariawan ketika saya makan pedas sedikit langsung timbul sariawan, sampai sekarang walaupun tak makan pedas tapi saya dalam 1 bulan pasti mengalami sariawan, saya sudah berkonsultasi dengan dokter penyakit dalam dan mengikuti tes beberapa tahap, seperti rontgen, tes darah, tapi sampai sekarang belum ada solusinya. Kira-kira apa yang harus saya lakukan dok, agar saya sembuh? Terimakasih.

Annisa (Perempuan menikah, 30 tahun)
anissa_XXXXX@yahoo.com
Tinggi badan 160 cm, berat badan 45 kg

Jawaban

Saudari Annisa yang diberkahi Allah SWT, terimakasih atas kepercayaannya kepada kami. Kami turut berempati dan bersimpati atas kondisi Saudari Annisa. Kami juga ikut mendoakan agar Allah segera memberikan kesembuhan kepada saudari Annisa. Amin 3x.

Di dalam dunia kedokteran, sariawan memiliki banyak sekali sinonim (nama lain), seperti: oral mucositis, aphthous ulcers, aphthous stomatitis, stomatitis aftosa, dan canker sores. Untuk menyederhanakan (memudahkan penyebutannya), maka kami akan menyebut sariawan dengan istilah stomatitis di dalam penjelasan berikut ini.

Istilah stomatitis (sariawan) mengacu ke peradangan (inflammation) dan proses luka (ulceration) yang terjadi di mulut, tepatnya di mukosa (selaput lendir di rongga) mulut. Uniknya, stomatitis ini juga dapat meluas dan memengaruhi bagian/organ lain selain mulut, misalnya: gusi, mukosa pipi (terutama bagian dalam), lidah, tenggorokan, bibir, bagian atas (langit-langit) dan dasar rongga mulut.

Stomatitis adalah infeksi yang umum dijumpai pada anak-anak maupun dewasa. Bisa berdiri sendiri maupun sebagai bagian dari penyakit sistemik.

Tipe
Ada dua tipe utama stomatitis (sariawan), yaitu: 1.acute herpetic stomatitis, dan 2.aphthous stomatitis.
Acute herpetic stomatitis biasanya sembuh sendiri namun bisa juga kambuhan dan menjadi berat (parah). Biasa terjadi pada anak berusia antara 1 hingga 3 tahun. Pada bayi berakibat fatal.
Aphthous stomatitis umum dijumpai pada wanita (remaja dan dewasa) dan biasanya sembuh secara spontan, tanpa meninggalkan jaringan parut (scar), dalam waktu 10-14 hari.

Penyebab
Stomatitis disebabkan oleh multifaktor. Misalnya: kemoterapi, radioterapi (sebagian besar penderita yang menerima “terapi sinar” atau paparan radiasi di leher dan kepala akan mengalami komplikasi di mulut, salah satunya sariawan), infeksi (virus, bakteri, jamur), merokok (pasif – aktif), dehidrasi (kekurangan cairan tubuh), kurangnya kebersihan gigi dan rongga mulut, pernah terjatuh atau dipukul (dalam istilah medis diistilahkan sebagai trauma), keganasan yang terkait dengan kelainan darah, loose-fitting dental prosthetics, alkohol, medikasi (obat-obat tertentu).

Terkait dengan medikasi (obat), maka memang benar, penggunaan obat-obat tertentu memang berpotensi menyebabkan stomatitis, terutama bila dikonsumsi secara bebas dan tidak sesuai indikasi yang telah direkomendasikan oleh dokter. Beberapa medikasi yang terkait erat dengan stomatitis antara lain: 1.golongan antibiotik (memiliki efek tidak langsung), 2. golongan antidepresan, 3. golongan antihipertensif, 4.golongan antikolinergik (penghambat neurotransmiter asetilkolin di sistem saraf perifer dan sistem saraf pusat), 5.golongan antihistamin (antialergi) dan dekongestan (penyembuh pengembangan urat darah), 6.golongan diuretik (meningkatkan risiko terjadinya dehidrasi pada keadaan “compromised”), 7. golongan opioid, 8.golongan steroid, 9.obat-obatan kemoterapi.

Yang menarik dan penting diketahui, stomatitis dapat terjadi akibat komplikasi atau efek samping dari terapi penyakit rematik, dalam hal ini adalah rheumatoid arthritis. Obat itu adalah gold (baik pemberian oral dan parenteral) dan methotrexate. Sekadar diketahui, efek samping dari gold adalah: dermatitis (radang kulit), pruritus (gatal-gatal), rash (kulit kemerahan), stomatitis (sariawan), nephrotoxicity (gangguan ginjal), blood dyscrasias (ketidaknormalan darah), krisis nitritoid, gangguan sistim pencernaan, diare/mencret (pada bentuk/sediaan oral). Methotrexate, bila dikonsumsi secara bebas tanpa rekomendasi dokter, berefek toksik (beracun). Efeknya bisa minor dan mayor. Efek toksik minor methotrexate berupa:

1. stomatitis (sariawan), 2. malaise (lesu, lemah, tak bergairah), 3. nausea (mual), 4. vomiting (muntah), 5. diare, 6. sakit/nyeri kepala, 7. kebotakan ringan, 8. fatigue (kelelahan), 9. perubahaan mood (suasana hati), 10. sensasi berputar (dizziness), 11. demam, 12. myalgia (nyeri otot), 13. polyarthralgia (nyeri dan sakit di persendian, biasanya lebih dari lima sendi), 14. hyperuricemia (tingginya kadar asam urat di dalam darah).

Semua efek minor ini tidak membahayakan kehidupan, namun dialami oleh sekitar 20-30% penderita artritis rematoid yang mendapatkan terapi methotrexate.

Sedangkan efek toksik mayor methotrexate berupa: gangguan hati (misalnya: cirrhosis, hepatic fibrosis), ginjal (misalnya: tubular necrosis), paru-paru (misalnya: pulmonary interstitial infiltrates), darah (misalnya: leukopenia, trombositopenia), dan sumsum tulang (misalnya: bone marrow depression).

Adapun beragam faktor pencetus (predisposing factors) yang terkait erat dengan stomatitis antara lain:
1. stres, 2. fatigue (kelelahan), 3. cemas, 4. keadaan demam (febrile states), 5. cedera, benturan, luka (trauma), 6. sering terpapar oleh sinar matahari.

Penyebab autoimmune (sistem kekebalan tubuh) dan psychosomatic (kejiwaan) masih dalam tahap penelitian, apakah terkait juga dengan munculnya stomatitis. Yang pasti, penyebab stomatitis adalah multifaktor.

Stomatitis dapat terjadi pada penderita gagal ginjal akut (GGA, acute renal failure). Jadi pada penderita GGA ini, diperlukan perawatan (rongga) mulut lebih sering untuk membasahi membran mukosa yang kering. Bila diperlukan, maka dokter dapat merekomendasikan antibiotik (dalam bentuk solution).

Stomatitis juga bisa merupakan salah satu komplikasi dari kondisi anemia defisiensi besi. Pada anak-anak, amat mungkin terjadi risiko perdarahan akibat anemia defisiensi besi, yang ditandai dengan adanya gusi berdarah (gingival bleeding), memar di kulit (ecchymotic area), ada komponen sel darah saat berkemih (hematuria). Pada kondisi anemia defisiensi besi yang telah menahun (kronis), penderita sampai mengalami erosi, bengkak, perih di sudut mulut (angular stomatitis) dan glossitis (lidah merah, bengkak, lunak, berkilauan/mengkilat).

Infeksi di mulut lainnya yang mirip sariawan dan seringkali “mengecoh” dokter dan kalangan medis (perawat, bidan, dsb) lainnya adalah gingivostomatitis, gingivitis, periodontitis, dan Vincent's angina. Untuk gingivostomatitis pada anak berusia 1 hingga 3 tahun, pada umumnya disebabkan oleh infeksi HSV (herpes simplex virus) primer.

Solusi
Terapi stomatitis (sariawan) direkomendasikan dokter dan/atau dokter gigi berdasarkan penyebab yang mendasarinya.

Pada umumnya digunakan obat kumur (mouthwashes) untuk pencegahan dan treatment stomatitis, seperti: club soda, alcohol-free mouthwashes, dan benzydamine hydrochloride (sebagai analgesik topikal); hydrogen peroxide tidak diindikasikan.

Dokter boleh pula merekomendasikan coating agents seperti bismuth salicylate, sucralfate, atau antacid lainnya sesuai indikasi. Lubrikan yang larut air untuk mulut dan bibir, anestesi topikal (seperti: lidocaine viscous) juga dapat direkomendasikan dokter.

Bila diperlukan, maka dokter dan/atau dokter gigi akan merekomendasikan analgesik oral atau parenteral termasuk opioids, untuk mengatasi nyeri yang membandel atau tak dapat diatasi dengan terapi biasa.

Yang terpenting adalah menjaga kesehatan mulut dan gigi (oral hygiene) sebagai langkah efektif mencegah stomatitis. Cara termudah tentunya dengan rajin menggosok gigi, minimal setelah bangun tidur, setelah selesai makan, sebelum tidur. Untuk menghindari nyeri dan perdarahan, maka amat disarankan untuk memakai sikat gigi yang lembut (soft-bristled toothbrush), cotton swab, atau cairan kumur (anesthetic mouthwash) seperti viscous lidocaine (sesuai resep dokter), memberikan petroleum jelly ke bibir-mulut, dan menghindari pemakaian astringent mouthwashes. Hindari tusuk gigi bila akan mengambil sisa makanan di sela gigi, lebih baik menggunakan benang gigi.

Bila tidak dapat mengonsumsi makanan padat, maka dapat memilih makanan lunak, lembut, atau cair, tentunya diet yang mengandung tinggi protein, tinggi karbohidrat, dan tinggi kalori. Berkonsultasi dengan ahli gizi adalah langkah tepat untuk menentukan diet yang tepat.

Komplikasi
Komplikasi yang seringkali menyertai stomatitis adalah kekurangan (defisiensi) nutrisi. Selain itu, juga terjadinya lesi di bibir yang terasa (amat) nyeri menyebabkan sulit menelan (dysphagia) atau sulit mengunyah. Bila penderita stomatitis daya tahan tubuhnya rendah (immunocompromised patient), maka kondisi ini dapat memicu terjadinya esophagitis dan sepsis.

Secara umum, segera memeriksakan diri ke dokter keluarga atau dokter gigi terdekat adalah langkah terbaik untuk mencegah terjadinya komplikasi, serta memastikan penatalaksanaan yang efektif dan komprehensif.

Saudari Annisa yang baik hatinya, amatlah disayangkan bahwa data yang Anda sebutkan amat singkat dan cenderung bergaya “minimalis”, sehingga kami belum berani memastikan diagnosis dan memberikan rekomendasi yang tepat. Misalnya saja Anda belum menyebutkan secara detail obat apa saja yang telah diberikan oleh spesialis penyakit dalam tersebut dan riwayat konsumsi obat yang pernah Anda konsumsi. Anda juga belum menyebutkan sudah pernah cek gigi atau periksa ke dokter gigi, pernah sakit apa saja sebelum sariawan ini, bagaimana kebiasaan menggosok gigi Anda, apakah Anda dekat dengan polusi seperti asap rokok, berapa liter air bening yang Anda konsumsi setiap harinya, pola hidup (makan, olahraga, istirahat) Anda, pernahkah mendapatkan kemoterapi atau terapi penyinaran, dsb.

Saudari Annisa yang dirahmati Allah, sekadar sharing (berbagi) ya…. Bila belum sembuh, maka bukan berarti dokternya salah diagnosis atau obatnya tidak manjur. Semua itu berproses, jadi tidak bisa sim salabim abrakadabra, dalam waktu singkat (seketika langsung) sembuh. Banyak sekali faktor yang turut berperan di dalam kesembuhan Anda. Faktor internal (istiqomah, qanaah, sikap mental positif, optimis, kesabaran, motivasi, imunitas atau daya tahan tubuh, mindset atau paradigma berpikir, spiritualitas atau kedekatan kepada Allah SWT, dsb) juga sangat penting dimiliki dan perlu terus ditingkatkan demi mempercepat kesembuhan Anda dan mencari keridhoan Allah SWT tentunya.

Demikian tanggapan dan penjelasan kami, semoga bermanfaat dan mencerahkan.

Salam sehat dan sukses selalu!

Dito Anurogo

No comments: