Pages

Saturday, June 30, 2012

Bagaimana Nasib Anak yang Kedua Orangtuanya Bisu?

Dok, kedua teman saya penyandang cacat yakni tuna rungu dan wicara. Mereka menikah 6 bulan lalu dan sebentar lagi mempunyai momongan. Apakah nanti anaknya tidak bisa bicara dan mendengar?

Saya khawatir sekali Dok, solusinya bagaimana Dok untuk mengantisipasi? Apa anak mereka harus diasuh Nenek kakeknya atau orang lain? Mohon jawabannya. Terimakasih.

Fajar Setiawan (Pria Menikah, 35 Tahun), f_setiawan@rocketmail.com
Tinggi Badan 171 Cm dan Berat Badan 68 Kg


Jawaban


Kelainan utama yang mendasari kombinasi tuna rungu/tua wicara sebenarnya adalah tuna rungunya. Dalam hal ini, kelainan yang dapat diturunkan secara genetik adalah tuna rungu (ketidakmampuan mendengar). Ketidakmampuan berbicaranya disebabkan oleh ketidakmampuannya mendengar. Jika penderita tuna rungu tidak dapat mendengar sejak lahir, maka hampir tidak mungkin baginya mempelajari ketrampilan artikulasi untuk menghasilkan bunyi yang normal (berbicara).

Dengan demikian, perlu diketahui terlebih dahulu apakah tuna rungu-nya diwariskan pada anak kedua suami istri ini. Pada sebuah perkawinan dimana kedua suami istri adalah tuna rungu, maka perlu disingkirkan dulu sebab-sebab tuna rungu yang bukan genetik (seperti infeksi rubella atau trauma fisik). Jika tidak ada sebab-sebab lain, maka terdapat kemungkinan besar tuna rungunya akan diwariskan.

Tuna rungu dapat diwariskan secara autosomal dominan (lihat 'Bagaimana Mengecek Sindrom Apert?') atau autosomal recessive (lihat 'Apakah Anak Bisa Normal Jika Menikahi Keluarga Albino?'), atau bahkan secara X-linked recessive (lihat 'Kenapa Satu Keluarga Bisa Lumpuh?' dan 'Suami Buta Warna, Bagaimana Nasib Anak Dalam Kandungan?').

Pada pewarisan autosomal dominan paling tidak salah satu orang tuanya adalah penderita tuna rungu. Pada pewarisan autosomal recessive, kedua orang tuanya dapat mendengar dan berbicara secara normal namun keduanya membawa mutasi pada gen recessive yang bertanggung jawab dalam menimbulkan kecacatan tuna rungu.

Sementara pada pewarisan X-linked, ibunya dapat mendengar dan berbicara normal namun membawa mutasi pada salah satu gen dalam kromosom X yang bertanggungjawab dalam pendengaran. Pada pewarisan X-linked, penderitanya hanyalah anak laki-laki. Dalam hal ini, gen-gen yang berbeda berperan pada pola pewarisan yang berbeda.

Untuk mengetahui apakah anak mereka juga memiliki ketidakmampuan mendengar maka perlu dilakukan serangkaian tes pendengaran, dimana konsultasi pada ahli THT dapat sangat membantu.

Sepanjang seorang anak memiliki kemampuan pendengaran dan tidak memiliki kelainan mental atau fisik lainnya, maka cepat atau lambat ia akan memiliki juga ketrampilan berbicara.

dr. Teguh Haryo Sasongko, PhD

No comments: